SIAS


Udah hampir dua kali tahun baru aku meninggalkan China. Waktu itu aku berkesempatan ikut pertukaran pelajar ke SIAS International University, China. Seriously, aku kangen banget suasana disana. Aku pingin share pengalaman awal aku hidup di Negeri Tirai Bambu. Dari awal rasanya menginjakkan kaki di Cina, cara belajar, makanan, suhu dan cuaca, budaya, pertemanan, perayaan, culture Shock sampe akhirnya harus ninggalin kehidupan disana dan melanjutkan yang tertinggal di Jogja. Yap harus dilanjutn. Demi S.Pd~

Pertama menginjakkan kaki di China rasanya WOW (ekspektasi pertama). Gedung asramanya mirip Hogwarts versi mini, lingkungan kampusnya keren abis. Di sebrang Dorm ada air terjun dan sengai mini. Disana mahasiswa International maupun mahasiswa lokal tingggal di asrama kampus. Jadi, mau beli baju, keperluan sehari-hari atau makan semua ada di sekitar kampus. Pokoknya hidup terfasilitasi. Saking terfasilitasi, makan pingin apa aja ada di sekitar kampus (kecuali mie ayam, bakso, nasi padang dan kawannya) selama disana berat badan naik semua. Aku pribadi naik 8-10 kg selama setahun. Alhamdulillah sekarang udah normal kembali setelah susah payah menurunkan kadar lemak yang berlebihan.
Untuk sistem belajar sendiri aku tidak begitu ngeluh walaupun bikin tepar. Kuliah mulai jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Kadang kalau ada make-up class (kelas pengganti) bisa sampe jam setengah 9 malam. Istirahatnya cuma 15 menit tapi, gak kerasa karena waktu cepat berlalu. Karena aku ngambil bahasa mandarin jadi hampir setiap hari ada makul bahasa mandarin. Belajar bahasa mandarin emang susah gampang sampai bibir monyong-monyong, tapi dibawa enjoy aja (sok enjoy sebenarnya, padahal…tepar)  
Laoshi  disana welcome banget, baik-baik dan mereka emang berusaha banget supaya kami bisa nulis, membaca, mendengar, dan ngomong dengan lancar. Aku juga ngambil major Management, English, dan Macro Economy dan dosennya Amerika.
Nah ini,, karna background bukan mahasiswa ekonomi dan gak suka hitung-hitungan aku kebingungan banget. Apalagi istilah Bahasa Inggris Ekonomi kan beda ya dan itu Subhanalah. Akhirnya aku give up sama makul itu dan mundur.
 Untuk makanan aku tidak menyusahkan diri. Aku makan apa aja selagi halal. Kadang kita juga beli makanan di restoran halal, mi dengan irisan daging kambing (sumpah enak banget). Karena disini aku dan teman-temanku hidup dinegara minoritas muslim, kita gak yakin banget makanan itu selalu halal tapi selagi bukan pork dan bismillah baca doa juga sebelum makan. Karena sejujurnya, disini kalau gak ayam, sapi, kambing yaaa Bab*.  Setelah penyesuaian, demi kita menghemat dan supaya gak sering mendekati yang belum tentu halal, aku dan teman-temanku lebih sering masak patungan beli bahan dan masak makanan Indonesia. Sering banget kita beli sayur dan kentang. Makanannya karbo semua. Kadang kita masak indomie pakai abon yang aku bawa setoples besar, kadang bikin lotek. Disana juga ada jual daging halal kok, tenang~

Makanan yang paling dikangenin adalah malatang. Isinya sayuran, jamur, dan bakso ikan. Kita bisa milih sih mau apa. Kadang kan ga tau itu apa, waktu mau ngambil pelayannya langsung bilang “eh jangan itu, kamu gaboleh makan itu” yaa berarti itu yang mengandung babi ataupun kayak darah yang di bekukan, semacam sundae korea (yang hobi kekoreaan pasti tau).



Kedua itu, sate kambing yang enakkkkk banget. Sumpah enak!!!

Ketiga, aku lupa namanya tapi seperti gulai kambing dan enak banget. Kebanyakan orang gak suka daging kambing karna bau, tapi disini ga berbau sama sekali. Isinya ada potongan daging kambing banyak banget, ada mie kuning yang dibuat sendiri, miso, ada semacam gorengannya dan pangsit, sama perintilan makanan penyedapnya. Tapi sayang ga nemu fotonya :(

Keempat, Huang Men Ji  daging ayam tapi kayak semur (?) gatau deng yang pasti enak banget. Pertama kali makan ini waktu di Nanjing karna di cekokin sama temenku yang kuliahnya di sana.

Sebenarnya banyak sih tapi segitu aja deh haha

Nah lanjut ke budaya, Cina adalah salah satu Negara 4 musim. Suhu di sana kalau summer panasssss poll. Masuk ke musim gugur, suhu waktu siang bisa 12 derajat sampai 16 derajat. Dan pas winter, pernah mencapai –9. Emang sih engga seekstrim Rusia, Mongolia, atau Eropa sana yang bisa sampai -40. Tapi sebagai orang yang baru pertama kali ngerasain extremenya musim, ini cukup bikin aku mendekam dikamar kalau udah dingin.

Inget banget, waktu akhir musim gugur aku keluar sendiri beli jajanan ke mini market dan lupa bawa sarung tangan. Yaudah mikirnya masukin ke saku jaket aja deh. Rupanya tangan saking dinginnya gak kerasa. Waktu megang kantong jajanan dari mini market ke kamar itu udah kebal, dan mikirnya masuk kamar, anget, selesai. Sampai di kamar….tanganku perih banget. Ternyata tangan aku lecet kena kantong keresek. Itulah pentingnya sarung tangan selain menghindari dingin, juga melindungi tangan. Karna dingin itu bikin kering, gak kerasa, dan kulit jadi sensitive.
Waktu salju turun untuk pertama nih, excited banget pasti dan kita main salju selama 2 jam. Tapi habis itu udah gak keluar lagi. Bukan hanya karna dingin, tapi karna salju mendekatkan kamu pada kecelakaan. Salju kalau pertama turun emang indahhhh. Tapi kalau udah di injek-injek itu bikin dia padet dan jadi kayak es batu licin banget. Udah berapa orang jatuh kepleset karna itu, termasuk aku. Kita itu keluar main salju kalau bener-bener masih pure belum ada yang nginjak.
Seperti waktu salju kedua turun, kampus itu sepiiiii banget dan isinya anak international semua. Disana kalau libur winter itu lama dan orang local bakalan pulang kerumah masing-masing. Sisalah kita yang gak pulang ini menguasai kampus. Kita nyari lokasi yang saljunya masih “perawan” belum ada jejak kaki dan kita main disana. Main plosotan, foto-foto, guling-guling. Udah puas main saljunya? Balik ke kamar ngangetin diri.

Budaya? jangan kaget kalau datang ke cina. Disana serba nyerobot dan parkir seenaknya. Ga jauh beda sih sama di indo. Bahkan parahnya, pernah mengalami “the power of emak-emak” yang kebelet! Itu lebih parah guys dari pada emak-emak bawa motor reting kanan belok kiri. Waktu itu aku udah di dalem nih baru mau nutup pintu, tiba-tiba aja ada ibu-ibu masuk langsung pup dan malah nyuruh kita keluar -_- kebayang kan speechlessnya aku gimana. Jangan berekspektasi toilet umum disana bersis dan wangi. Gak sama sekali. Aku kalau bisa sebelum pergi udah buang air dulu untuk menghindar dari toilet umum. Walaupun kadang terdesak dan pasrah, sebelum masuk narik nafas dan nahan nafas di dalam toilet. Disana juga gak ada air, jadi pake tissue. Tapi, berhubung aku orang yang menjunjung tinggi membilas pake air bukan tissue, setiap masuk di toilet pasti beli air dulu. Aku bukan bule atau warga local yang nyaman hanya dengan tissue T.T
Jadi, kalau yang engga biasa dengan tissue kayak aku bawalah air! Takutnya kalian kebelet dan harus ke toilet umum dan harus menghadapi suasana menyeramkan itu. Karena aku sekamar sama anak UMY semua dan original Indonesiaaaaa, kami sediain air dan gayung+tissue kering di toilet. Penting itu!

Untuk pertemanan gak usah takut. Disana banyak anak Indonesia kok dan care bangettt. Walaupun berbeda usia dan agama, mereka toleransi banget. Bahkan karena kita yang muslim gak makan babi, kalau makan bareng mereka pasti nyari restoran muslim. Gak cuma yang dari Indonesia kok yang toleransi kuat. Orang lokal juga tolerannya kuat. Karena banyaknya mahasiswa international jadi harus bisa berbaur dengan berbagai negara. Ada yang dari Korea, Kazastan, Kyrgistan, Malaysia, Mongolia, Amerika, Prancis dan masih banyak lagi. Di cina ada namanya PPIT (Perhimpunan Peajar Indonesia Tiongkok) jadi kami disana sering ngumpul sama anak-anak Indonesia. Banyak agenda yang bakalan dilakukan untuk mempromosikan budaya Indonesia seperti  yang udah dilaksanakan yaitu culture week dan Inifest (Indonesia Festifal) 
Disana juga aku nemuin teman banyak. Aku bahkan pernah traveling sendirian dan nemu temen. Pernah dikereta berbelas jam dengan Bahasa mandarin yang limit, tapi gapernah ngerasa kesusahan karna sering dibantuin. Kadang sesuatu yang kita pikirin susah itu belum tentu beneran susah kok.

Lanjut ke event. Disana setiap event pasti dirayain dan libur. Peringatan kemenangan perang dan Teachers days dirayain. Semua dosen dikumpulin terus di kasih surprise. Jadi inget tanggal 14 September 2015, ba’da magrib ada candle light ceremony buat pembukaan tahun ajaran baru. Semacam mataf (masa ta’aruf) tapi malam dan indah banget waktu lampu dimatiin dan lilin semuanya hidup. Penyambutan mahasiswa baru sebagus itu.

Cuap-cuap soal culture shock, aku beneran shock!

Disana mata ini sudah ternodai T.T bukan dari pilem aja tapi live. Aku yakin negara yang bebas seperti Amerika, Eropa dan belahan bumi manapun yang bebas sama seperti di China. Pertama kali disana, aku disambut oleh pasangan-pasangan yang nyosor everywhere you can. Aku harus biasa dan mencoba biasa ngeliat every couple kissing in the public -_- you know that feel? Bagi aku itu kayak annoying aja di public. Pernah tuh balik beli buku sendirian tiba-tiba ada mba dan masnya berantem depan aku sambil jalan. Eh kirain berantem bakalan drama si cewe ninggalin si cowo gitu aja, taunya malah si cowo nyosor -_- dan aku harus jalan agak kesamping arah yang berbeda buat nerusin jalan. Aku berasa hak pengguna jalan umumku dirampas (lebay). Tapi yah balik lagi, sadar diri aku dimana. Mungkin itu budaya mereka yang bagi mereka.

Namun pada akhirnya, semua itu malah bikin kangen. Asem manis pahit asin adalah satu kesatuan yang membentuk suatu memori (cieilah bahasanya). Rasanya dulu gak pingin pulang cepet. Sebelum balik, aku main dulu ke Beijing dan mmmm ke Hangzhou. Lebaran di Beijing dan balik lewat Hangzhou ke KL baru balik ke rumah, Tanjungpinang tercintahhhhhh wo ai ni.

Bonus foto deh :)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ruang Temu

Liberal

Student Exchange to SIAS International University