....

Seseorang pernah bilang padaku "menjadi dewasa itu bukan jebakan, tapi tantangan". 
Tantangan apakah kita bisa melalui semua halangan dan perjalanan yang membawa kita pada titik-titik terendah. Tantangan sejauh apa kita mampu bertahan... 
atau mungkin menyerah.
Menjadi dewasa yang aku pahami sejauh ini juga tentang bagaimana mengontrol ego dan emosi pada diri sendiri, karena penantang utamanya ada pada diri sendiri. 

Jika kilas balik dimana aku baru menjejaki umur 20, ambisi dan keangkuhan menjadi bayangan yang selalu ada bersama. Tiwi awal 20an yang selalu optimis semua akan tercapai. Ralat,bukan optimis tapi ambis. Ambisi atas setiap usaha akan mewujudkan keinginan tanpa memikirkan "apa iya rezekinya di sini?"

Semakin berjalannya waktu, semakin membuka mata bahwa ada hal hal-hal di luar kuasa manusia yang justru mungkin ini yang terbaik. 

Ah, smpai saat ini pun perang dengan diri sendiri masih sering terjadi. Banyak tanya, penyesalan dan amarah pada diri yang belum juga padam. Tidak jarang menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi dan tidak mampu menjadi yang terbaik. 
Konsep Love Yourself memang sangat mudah untuk di pahami, tapi untuk terus merasa positif rasanya amat susah. Ada kalanya aku benar-benar merasa aku sudah menjadi yang terbaik untuk diriku tapi selalu saja, tiba-tiba momok gelap menghantui dan membawa pada titik-titik rendah "aku ingin menyerah". 
Ujung-ujungnya aku menyalahkan keadaan dan diri sendiri.
Apa ini artinya aku belum cukup dewasa ya?

Saat menulis ini, aku berada pada titik pasrah atas semua jalan takdir yang telah di gariskan. Katakan aku tidak berusaha atau pesimis, tapi satu-satunya hal yang aku punya adalah berusaha mengikhlaskan dan percaya jalan yang aku jejaki saat ini adalah yang terbaik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ruang Temu

Liberal

Student Exchange to SIAS International University